Vivahistoria’s Blog

Januari 20, 2009

KEHIDUPAN MASYARAKAT ARAB MASA PRA-ISLAM

Filed under: Uncategorized — vivahistoria @ 4:25 am

GAMBARAN PRAKTEK KEHIDUPAN MASYARAKAT ARAB PRA-ISLAM

Arab merupakan wilayah padang pasir terletak di bagian barat daya, Arab juga merupakan wilayah strategis dalam peta dunia zaman kuno karena letaknya berada pada posisi pertemuan ketiga benua yaitu benua asia, eropa, dan afrika. Wilayah arab terbagi menjadi beberapa propinsi, diantaranya Hijaz, Najd, Yaman, Hadramaut, dan Uman. Dipropinsi Hijaz terdapat tiga kota besar yaitu Makkah, Madinah, dan Thaif.[1] Ad-Dahna merupakan wilayah padang pasir terbesar yang terletak di pertengahan wilayah utara, Arab bagian selatan merupakan wilayah subur penduduknya padat dan bermata pencaharian bertani dan berdagang. Hadramaut dan Yaman merupakan wilayah subur yang ada dibagian selatan.

Wilayah Arab beriklim sangat panas dan kering kecuali wilayah pesisir dan lembah – lembah yang berair. Umumnya masyarakat Arab berjiwa keras dan memiliki kesehatan fisik yang prima, dengan itulah sehingga mereka dapat bertahan dari iklim daerah mereka. Walaupun wilayah ini dikelilingi lautan pada ketiga sisinya, akan tetapi wilayah inin nyaris tidak memiliki sungai, kalaupun ada itu hanya sungai kecil yang tak dapat digunakan sebagai sarana transportasi (pelayaran). Jika wilayah ini cukup curah hujan maka wilayah ini akan sangat subur untuk menghasilkan kopi, kurma, gandum, dan buah-buahan lain.

Kurma merupakan tanaman istimewa di Arab, baik yang kaya maupun miskin jika tanpa pohon kurma mereka akan merasakan ada yang kurang dalam kehidupannya. Pohon kurma memiliki banyak kegunaan, yaitu:

1. Buahnya digunakan sebagai makanan tetap masyarakat Arab

2. Bijinya digunakan sebagai makanan unta

3. Sarinya yang di campur dengan susu merupakan minuman khas masyarakat Badui

4. Batang kayunya dapay diguakan sebagai bahan bakar

5. Serabutnya pada dahannya diolah menjadi tambang

Wilayah Yaman merupakan wilayah tersubur di Arab, banyak menghasilkan gandum dan kopi. Cara mereka bertani dilaksanakan secara tadah hujan. Jagung dan padi merupakan hasil tani di beberapa wilayah Uman. Sedangkan di wilayah Hadramaut dan Mahra hasil tanaman utamanya adalah palawija dan barang – barang hasil pertanian inilah yang merupakan barang perdagangan pokok di Arab.

Binatang – binatang yang umum di piara di Arab antara lain unta, kuda, biri-biri, dan kambing. Unta merupakan transportasi padang pasir, selain sebagai sarana transportasi juga merupakan alat tukar di lingkunagn masyarakat Arab sebagai mahar gadis, denda pembunuhan, taruhan perjudian, kekayaan seorang syaikh, itu semua dikalkulasikan dengan satuan unta. Bagi orang Badui unta merupakan kawan sejatinya, mereka meminum air susunya, dagingnya digunakan untuk makanan saat berpesta, bulunya digunakan sebagai selimutdan kulitnya dijadikan tenda.

A. Kehidupan Masyarakat Arab Pra-Islam

Menurut para ahli ilmu bangsa, bangsa Arab termasuk golongan bangsa sumit yakni dari keturunan “Sam bin Nuh”. Banyak para ahli sepakat bahwa tempat kelahiran keturunan Sam yang pertama adalah lembah sungai Furrat atau tanah datar yang terletak diantara sungai Tigris (Dadjlah) dan sungai Ephraat (Furrat). Dari mereka ini lahirlah bangsa Babylon dan Assiria di Iraq, Aram di Syam, ‘Ibri di palestina, Phoenicia dipantai Syam yang mengahadap Libanon, Habsy di Abesinia dan bamgsa Arab dikepulauan yang disebut Djazirah Arab. Bangsa Arab berasal dari percampuran antara kulit putih dan hitam, sehingga bangsa Arab dikatakan berkulit hitam manis.

Bangsa Arab adalah salah satu dari bangsa-bangsa Samiah (atau keturunan Sam Ibnu Nuh as).[2] Awalnya bangsa Samiah bertanah air di Mesopotamia, yaitu negeri yang teletak antar sungai Dajlah (Tigris) dan Furat (Euphrates). Setelah negeri ini sempit mereka pindah ke Jaziratu’l Arab.

Jaziratu’l Arab adalah sebuah semenanjung yang terletak di sebelah Barat Daya benua Asia, yang terbagi atas lima daerah, yaitu:

a. Hijaz, kota-kotanya Mekkah, Madinah dan Thaif

b. Yaman, terletak disebelah selatan di antara kota-kotanya san’a yaitu ibu kota negeri Yaman di masa dahulu

c. Najed, yaitu bagian tengah Jaziratu’l Arab

d. Tihamah, terletak diantara Hejaz dengan Yaman

e. Yamamah, terletak antara Yaman dan Najed

Sebagian besar tanah Arab terdiri dari gurun pasir, disana sangat kekurangan air, hawanya panas dan kering, tidak ada teluk yang dapat dijadikan pelabuhan kapal, sehingga dikenal Negara Arab sangat miskin, buminya tandus, dan penduduknya hidup dalam serba kekurangan. Karena udara tanah Arab yang panas dan penghidupan yang sukar di negeri itu yang menyebabkan penduduknya bertabiat kasar dan kejam.[3] Inilah yang menyababkan mereka hidup mengembara artinya selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain hanya untuk mencari tanah yang subur yang bisa ditumbuhi rumput dan tanam-tanaman untuk mereka dan binatang ternak mereka.

Apabila bahan untuk makanan mereka telah habis mereka akan pindah ke tempat lain lagi, begitu seterusnya. Inilah yang menyebabkan diantara mereka sering terjadi perselisihan yang timbul karena tanah subur dan padang rumput tempat menggembala binatang ternak. Perselisihan ini sering kali menimbulkan perkelahian-perkelahian atau bahkan peperangan-peprangan yang besar, sehingga dikatakan bangsa Arab selalu hidup dalam berperang.

Kemiskinan juga sering menimbulkan terjadinya rampas-merampas harta, bahkan mereka sering membunuh anak sendiri karena takut miskin.[4] Dengan berbagai keadaan mereka itu menanamkan bermacam-macam sifat baik misalnya: penyantun, pemurah, menghargai tamu, berani, sabar hidup sederhana, dan lain-lain.

Masyarakat arab terbagi menjadi dua kelompok, yaitu penduduk kota dan penduduk gurun / badui[5] :

1. Penduduk Kota

Kehidupan penduduk kota telah menetap, telah mengenal cara mengelola tanah pertanian, juga mengenal tata cara perdagangan, bahkan hubungan perdagangan mereka sampai keluar negeri. Penduduk kota lebih berbudi dan berperadaban di banding orang – orang badui. Orang-orang kota banyak yang bermata pencaharian dengan jalan berniaga bahkan sampai keluar negeri.[6] Namun, perniagaan atau perdagangan mereka itu tidak begitu maju karena banyak kendala-kendala seperti gangguan dalam perjalanan, lamanya waktu perjalanan, serta gangguan dari mereka yang tinggal di padang pasir dan tepi-tepi bukit.

2. Penduduk Gurun/ Badui

Penduduk gurun/ badui kehidupannya berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Dalam adat mereka mengendarai unta, menggembala domba dan keledai, berburu dan meyerbu musuh merupakan pekerjaan yang pantas untuk laki-laki. Mereka belum mengenal pertanian, perdagangan, dan tidak memiliki keahlian tertentu, menyerang, membalas serangan, merampok, dan menjarah merupakan kejahatan yang sudah melekat dengan kehidupan mereka (penduduk badui). Masyarakat badui memiliki rasa kesetiaan yang besar terhadap sesame warga suku. Sebuah suku harus mampu melindungi warganya, sebaliknya warga harus setia terhadap sukunya.[7]

Kondisi geografis Arab sangat berpengaruh terhadap kejiwaan masyarakat. Wilayah Arab adalah wilayah tandus dan gersang, sehingga ini dapat menyelamatkan masyarakat Arab dari penindasan bangsa asing, dan kegersangan ini juga yang mnedorong mereka untuk berdagang ke daerah-daerah lain. Keluasan dan kebebasan kehidupan mereka di padang sahara juga menimbulkan semangat kebebasan dan individualisme dalam pribadi mereka.

Jenis-jenis bangsa Arab ada tiga, yaitu:[8]

1. Bangsa Arab yang telah punah

2. Bani Qahthan

3. Bani Ismail

Bangsa Arab yang telah punah, yaitu bangsa arab yang dimusnahkan oleh Tuhan dari permukaan Bumi dan tidak mempunyai keturunan, diantaranya:

a. Kaum ‘Aad, kaum ini tinggal di “Al Ahqaf” (daerah Yaman), mereka telah mempunyai kerjaan yang besar juga di zaman purbakala pemerintahannya sampai ke Syam dan irak. Setelah berkuasa mereka menjadi sangat ganas dan durhaka terhadap Tuhan, mereka tidak menyembah Tuhan Yang Maha Esa tetapi memuja patung-patung dan berhala. Sehingga tuhan mengutus Nabi Hud untuk menyeru mereka, namun diantara mereka ada yang percaya dan tidak kepada Hud as. Orang-orang yang tidak percaya tersebut lalu mengejek-ejek Nabi Hud, mereka berkata kepada Nabi Hud “bagi kami sama saja, engkau beri peringatan atau tidak” karena itu mereka dibinasakan oleh Tuhan, dengan menurunkan angin dingin yang amat besar. Mereka yang dibinasakan ini disebut “Aad al Ula” (Aad pertama).

Sedangkan Nabi Hud dan orang-orang yang beriman kepadanya diselamatkan oleh Tuhan, dan ini disebut “Aad at Tsaniah” (Aad Kedua). Kaum ini pindah ke Hadramaut dan tetap tinggal di Yaman, tapi mereka terpengaruh dan larut dalam bumi Qahthan yang berpindah ke sana dari Mesopotamia. Sehingga kaum ini terhapus.[9]

Sisa-sisa peninggalan kaum Aad terpendam dibawah pasir Sahara Al Ahqaf, yang menunjukkan tingginya taraf kebudayaan yang telah mereka capai di zaman purbakala, diantaranya bekas-bekas kota Irama Zati’l Imad yaitu ibu kota kerajaan mereka di zaman purbakala.

b. Kaum Tsamud, tinggal di Al Hijir (Al-Hijr) dan Wadi’l Qura (antara Hijaz dan Syam), rumah mereka dipahat dari gunung batu. Mereka kaya dengan binatang ternak dan tanam-tanaman mereka yang sangat lumayan baik. Namun, kaum Tsamud ini kafir terhadap Tuhan, Tuhan mngutus Nabi Shaleh untuk menyeru mereka. Tuhan member mu’jizat kepada Nabi Shaleh yaitu seekor Unta, Tuhan melarang untuk tidak mengganggu Unta ini, apabila diganggu mereka akan dibinasakan oleh Tuhan. Oleh kaum ini dibunuhlah Unta tersebut, mereka melanggar larangan Tuhan sehingga terjadilah gempa bumi yang amat dahsyat. Rumah-rumah mereka runtuh dan mereka mati dihimpit batu didalamnya. Bekas peninggalan mereka sampai sekarang masih tegak berdiri di pesawangan jalan antara Hijaz dengan Syam.[10]

Bani Qahthan, adalah keturunan Ya’rub Ibnu Qahthan. Berasal dari Mesopotamia karena daerah ini telah sempit oleh penduduknya, kemudian Bani Qahthan ini berpindah ke negeri yaman. Dinegeri Yaman sebelumnya telah ada Kaum Aad kedua yang mendiaminya, sehingga terjadi peperangan antara mereka. Dalam peperangan ini Bani Qahthan menang sehingga merekalah yang berkuasa di tanah air itu, dan Aad kedua tunduk kepada kekuasaan mereka lama kelamaan mereka pun larut dalam Bani Qahthan itu.

Dari Bani Qahthan pernah berdiri beberapa kerajaan, yaitu:

1. Kerajaan-kerajaan Yaman, negeri Yaman adalah daerah yang subur sehingga Bani Qahthan tidak mengembara lagi, melainkan mereka malah mendirikan negeri-negeri dan kota-kota. Kerajaan yang didirikan mereka yaitu:

a. Kerajaan Sabaiah, didirikan oleh raja pertamanya Saba’. Raja ini mendirikan sebuah kota untuk pusat pemerintahan yang disebut kota Ma’rib.

b. Kerajaan Himyariah, didirikan sesudah runtuh Kerajaan Sabaiah oleh suku Himyar yaitu satu cabang kaum Saba’ itu, berpusat di San’a.

2. Kerajaan Manazirah, berdiri di Mesopotamia didirikan oleh bangsa Arab yang berasal dari negeri Yaman yang berpindah ke Mesopotamia karena runtuhnya Saddu Ma’rib. Kerajaan ini disebut juga Bani Lakhim (Lachmides), atau Kerajaan Hirah, karena berpusat di kota Hirah. Kerajaan ini bukan satu kerajaan yang merdeka melainkan dibawah pengaruh Kerajaan Persia. Hakekatnya bangsa Persialah yang mendirikan kerajaan ini dengan mengangkat orang-orang Arab dari Bani Lakhim jadi raja atas orang-orang Arab yang tinggal di Mesopotamia. Mereka memiliki tujuan sendiri, yaitu:

a. Agar Kerajaan Manazirah dapat digunakan sebagai perantara untuk melancarkan perniagaan bangsa Persia ke seluruh Jaziratu’l Arab dan menjaga perniagaan bangsa Persia dari serangan bangsa Arab yang tinggal di Mesopotamia.

b. Untuk digunakan sebagai penghambat serangan bangsa Arab terhadap negeri Persia sendiri.

c. Untuk dipakai sebagai alat dalam pergolakan antara Kerajaan Persia dengan Kerajaan Romawi (Romawi Timur)

3. Kerajaan Ghasasinah, berdiri di bagian selatan negeri Syam (Syria) didirikan oleh bangsa Arab yang berasal dari Yaman, yang berpindah ke tempat itu karena runtuhnya Saddu Ma’rib. Hubungan kerajaan ini dengan Romawi Timur sama halnya dengan hubungan antara Kerajaan Manazirah dengan Kerajaan Persia.

4. Kerajaan Kindah, kerajaan kecil yang berdiri di Najed didirikan oleh bangsa Arab yang berasal dari Yaman, yang berpindah ke sana setelah Saddu Ma’rib runtuh.

Bani Ismail, adalah anak Ibrahim as. Ibrahim awalnya tinggal di kota Ur, yang pada saat itu adalah Babylonia. Saat itu orang di Babylonia menyembah bintang-bintang dan patung-patung. Rajanya Namrud yang memerintah di Babylonia yang mereka sembah. Ibrahim disakiti, dibakar hidup-hidup di dalam api. Tetapi Tuhan menyelamatkannya api itu hanya dingin dirasakan oleh Ibrahim.

Dalam Tarich Nabi Muhammad dijelaskan bahwa bangsa Arab dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Bangsa Arab Al-‘Arabaa’ atau disebut juga Arab Al-Baa-idah bangsa ini adalah bangsa yang awal atau yang asli, mereka merupakan keturunan dari Iram bin Sam bin Nuh yang terdiri dari Sembilan bangsa: 1. ‘Aad, 2. Tsamud, 3. Amim, 4. Amiel, 5. Thasam, 6. Djadies, 7. ‘Imlieq, 8. Djurhum Ula, 9. Wabar. Bangsa-bangsa Arab yang disebutkan diatas merupakan umat yang tertua sesudah kaum Nabi Nuh, dan mereka tinggal di Babylon.

2. Bangsa Arab Al-‘Aaribah atau disebut juga Arab Al-Muta’arribah. Mereka adalah bangsa Arab kedua, merupakan keturunan dari Djurhum bin Qahthan putra ‘Aabir atau ‘Aibar. ‘Aabir atau Aibar menurut pendapat ahli tarich adalah nama bagi Nabi Hud.

3. Bangsa Arab Al-Musta’rabah adalah bangsa Arab yang datang atau yang dijadikan/ ditetapkan sebagai bangsa Arab. Kemudian mereka terkenal dengan sebutan Isma’ilijah yang menurunkan Adnan dan Adnan itulah yang menurunkan pribadi Nabi Muhammad s.a.w.

Bangsa Arab sangat suka pada kebebasan mereka tidak ingin dikongkong dan mereka sangat menuruti hawa nafsunya. Mereka memandang bahwa berjudi dan minum arak adalah suatu kehormatan, jika ada yang tidak pandai berjudi dan tidak suka minum arak dipandang rendah dalam pergaulan. Mereka boleh beristri berapa pun, apabila seorang ayah mati istrinya yang banyak itu dapat diwariskan kepada anak-anaknya, tidak jarang anak laki-laki mendapat pusaka ibu tirinya sendiri.

Kedudukan kaum wanita saat itu sangat rendah. Para bangsawan sangat tidak menyukai dan benci jika mereka memperoleh keturunan anak perempuan, anak perempuan yang baru lahir terus dikuburkan hidup-hidup oleh mereka karena mereka menganggap anak perempuan itu akan membawa besar bagi mereka. Sehingga muncullah poliandri kebalikan dari poligami dan hal ini sangat merusak keturunan.

Akan tetapi bangsa Arab sangat dikenal baik budi-bahasanya, mereka selalu memuliakan tamu yang datang, dilindunginya tamu tersebut dengan diri dan jiwanya. Namun, mereka juga dikenal suka merampok, apabila ada tamu/ orang asing yang bertemu mereka di tengah jalan sering dirampoknya atau dibunuhnya.[11]

B. Agama Bangsa Arab Pra-Islam

Zaman sebelum Islam disebut Zaman Djahiliah artinya zaman kebodohan. Ketika itu masyarakat Arab belum mengenal apa yang halal dan apa yang haram, yang benar atau yang sesat. Mereka hanya menurut kehendak hawa-nafsunya dan adat istiadat yang mereka terima turun-temurun dari nenek moyangnya.

Agama yang mereka yakini yaitu agama menyembah berhala. Setiap keluarga, setiap kaum, dan setiap kota mempunyai berhala masing-masing dengan tempat beribadah yang berbeda pula. Pusat keagamaannya adalah kota Mekah, terdapat 360 buah berhala pada Ka’bah Suci yang didirikan oleh Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang merupakan wakil dari segala berhala yang mereka sembah.

Selain itu, ada juga ynag menyembah binatang, api, pasir, makanan, matahari, bintang, bulan dan lain-lain. Akan tetapi mereka masih tetap percaya kepada Allah, berhala hanya menjadi perantara kepada Tuhan saja. Namun, mereka tetap disebut musyrik karena mempersekutukan Tuhan. Terdapat pula dibeberapa tempat bangsa Arab yang memeluk agama Yahudi atau agama Kristen, namun itu hanya sebagian kecil.

Jika dilihat dalam kitab-kitab Tarich kita masing-masing akan diketahui bahwa Arab disekitar Djazirah pada masa dulu sebelum pribadi Nabi Muhammad dibangkitkan, mereka sudah mengerti akan keesaan Tuhan, sudah mengenal akan ketuhanan Allah. Atau lebih jelasnya mereka sudah mengikut agama yang menuhankan ketuhanan Allah, karena mereka sejak ratusan tahun yang lalu sebelum Nabi Muhammad bangkit sering kedatangan da’wah (seruan) para Nabi Utusan Allah yang menyampaikan seruan kepada mereka agar menyembah (beribadah) kepada Tuhan Yang Maha Esa semata-mata jangan sampai mempersekutukannya. Nabi yang datang berda’wah kepada bangsa di Arab Djazirah, diantaranya: Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il. Sebelum kedua beliau ini sampai ke tanah Arab (Makkah-Hidjah) di negeri Yaman dan Uman telah ada utusan Allah yang tinggal disana sebelumnya yaitu Nabi Hud a.s.

Beliau diutus Allah menyeru kaum Aad tersebut. Dimana ketika itu mereka pada umumnya menyembah kepada yang lain selain Tuhan yang Maha Esa seperti kayu, batu-batuan, dan menyembah manusia yang dianggap sakti yang dapat memberikan apa saja yang dimintanya dan sebagainya. Nabi Hud diutus untuk membetulkan kepercayaan mereka yang salah dan menyatakan keagamaan mereka yang sesat. Akan tetapi mereka pada umunya tidak mengikutiseruan suci itu bahkan sebaliknya mereka selalu membantah dan menolak seruan tersebut. Oleh karena tiu mereka dibinasakan.[12]

Tuhan juga mengutus Nabi Shalih a.s untuk menyeru bangsa Arab yang tinggal di antara Hidjaz dan Syam yang disebut kaum Tsamud. Kaum Tsamud ini menyembah arca dan lain sebagainya. Nabi Shalih diutus oleh Allah untuk membenarkan kesesatan mereka, namun mereka pada umunya tidak menerima seruan suci itu, bahkan mereka selalu mengejek-ejek dan membantah serta menghinanya. Oleh sebab itu akhirnya mereka dibinasakan pula oleh Allah.[13]

Nabi Ibrahim a.s. setelah pindah ke Makkah beliau memperbaiki rumah suci (Ka’bah), beliaupun menyampaikan da’wahnya kepada segenap penduduk sekitar Hidjaz sampai pada hari wafatnya. Setelah itu dilanjutka oleh Nabi Ismail a.s. beliau melanjutkan tugas ayahnya menjadi Utusan Allah kepada segenap penduduk di tanah Arab, dan seruan beliau umunya diterima baik oleh bangsa Arab disekitar Djazirah Arab. Sehingga mereka mengikut agama Nabi Ibrahim. Namun, setelah beberapa puluh tahun mereka memutar balikkan, merubah, ditambah dan dikurangi sendiri. Intinya mereka percaya bahwa Tuhan itu ada, dan Tuha itu Maha Esa. Dia yang menciptakan segenap mahluk, yang mngurus, dan yang memberi segala sesuatu yang diharapkan oleh mahluknya, tetapi dalam menyembah (beribadah) kepadanya, mereka membuat atau mengadakan berbagai perantara, dengan tujuan untuk menghapirkan diri mereka kepada Tuhan. Seperti:

a. Menyembah Malaikat, karena mereka menganggap malaikat sebagai wakil Tuhan.

b. Menyembah Jin, Ruh, dan hantu: mereka menganggap para Jin, Ruh-Ruh, dan hantu mempunyai hubungan langsung denganTuhan.

c. Menyambah Bintang-bintang, mereka menganggap bintang-bintang itu diberi kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam yang luas ini.

d. Menyembah Berhala.

e. Agama ahli kitab (Yahudi dan Nasrani)[14].

Bangsa Arab Bani Qahthan menganut agama Ash Shabiah yaitu menyembah matahari dan bintang-bintang. Setelah mereka mendapat seruan dari rahib-rahib Yahudi yang datang dari Yastrib, mereka anutlah agama Yahudi. Orang yang berpindah ke Arabia Utara (Ghasasinah) lalu menganut agama Masehi, karena mereka berdekatan dengan bangsa Romawi yang beragama Masehi. Bangsa Arab Bani Isma’il awalnya menganut agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim as dan pada tangan mereka terletak penjagaan Baitullah.

Dari agama Nabi Ibrahim ke kepercayaan Watsani, yang menyebabkan bangsa Arab akhirnya menyembah berhala dan batu, ialah: siapa-siapa yang meninggalkan kota Makkah selalu membawa sebuah batu, diambilnya dari batu-batu yang ada di Haram Ka’bah, dengan maksud untuk menghormati Haram itu, dan untuk memperlihatkan cinta mereka terhadap kota Makkah.


[1] Ali. K, 1996, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta:Raja Grafindo Prasada, hal 20

[2] Mukhtar Yahya, 1980, Bangsa Arab Sebelum Islam, Surabaya: Bina Ilmu, hal 5

[3] Anwar Rasyid, 1969, Muhammad Rasulullah, Jakarta: Tintamas, hal 5

[4] Baca Surat Al An-am ayat 140 dan ayat 151, Surat An-Nahl ayat 58-59, dan Surat Isra’ ayat 31

[5] Ali. K, 1996, Sejarah Islam (Tarikh Pramodern), Jakarta:Raja Grafindo Prasada, hal 21

[6] Chalil, Moenawar. 1969, Kelengkapan Tarich Nabi Muhammad, Jakarta: Bulan Bintang, hal 37

[7] Ibid, hal 24-25

[8] Mukhtar Yahya, 1980, Bangsa Arab Sebelum Islam, Surabaya: Bina Ilmu, hal 9

[9] Baca Surat Hud ayat 50-60, Surat Al A’raf ayat 65-72 dan Surat Haqqah ayat 6-8

[10] Baca Surat Al ‘A’raf ayat 73-79, Surat Hud ayat 61-68 dan Surat An-Naml ayat 45-53

[11] Anwar Rasyid, 1969, Muhammad Rasulullah, Jakarta: Tintamas, hal 3-4

[12] Chalil, Moenawar. 1969, Kelengkapan Tarich Nabi Muhammad, Jakarta: Bulan Bintang, hal 38-39

[13] ibid

[14] Ibid, hal 40-43

Tinggalkan sebuah Komentar »

Belum ada komentar.

RSS feed for comments on this post. TrackBack URI

Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.